Rabu, 30 Maret 2011

Ketika Suami Istri tak Lagi Romantis



 
"Masak kamu nggak ngerti perasaanku, siih ? Masak aku harus selalu  ngomong apa yang aku inginkan ? Huuuh, sebel. Kamu memang nggak cinta  padaku." 
Pembaca budiman, pernahkah Anda berseteru dengan pasangan dan  mengucapkan kalimat seperti di atas ? Berseteru ? Wajar. Jangankan  kita, Umar bin Khatab ra saja juga bertengkar dengan istrinya.  Bahkan para istri Nabi saja pernah menuntut kenaikan uang belanja.  Yang harus kita pelajari dan tiru adalah bagaimana mereka bisa  mengelola perbedaan pendapat itu agar tidak berujung pada percekcokan  berkelanjutan bahkan perceraian. Sebaliknya, perbedaan dan  pertengkaran yang terjadi bisa dikelola secara baik dan Islami.  Gimana caranya, ya ?  
Para ahli psikologi juga mengatakan bahwa tumbuh kembang cinta itu  mengalami pasang surut. Siklus alamiah selalu terjadi dalam relasi  hubungan suami istri. Siklus cinta pada umumnya membutuhkan waktu tiga  tahun, mulai dari romantis, renggang hingga terbangun kembali hubungan  yang romatis. 
Pembaca budiman, mungkinkah cinta itu bisa abadi ? Bak Rama dan Shinta  atau Romeo dan Juliet ? Atau apakah sebenarnya cinta sejati itu ?  Mungkinkah suasana romantis suami istri itu bisa selamanya terjaga,  selamanya indah dan bahagia ? Tanpa percekcokan menyakitkan hati  apalagi perceraian ? Ah, teori. Buktinya, perceraian di Pengadilan  Agama Surabaya saja setiap harinya rata-rata ada 4 kasus.  Pembaca budiman, apa saja kiatnya agar perbedaan dan pertengkaran bisa dikelola secara positif. Bagaimana pula cara menumbuhkan kembali suasana romantis yang mungkin sempat hilang entah kemana ? 
"MENDENGAR suaranya, jantung saya berdebar kencang, lutut saya rasanya turut  bergetar. Apalagi ketika melihat ia berjalan mendekatiku selepas akad nikah, rasanya saya hidup di tengah taman surga, gelombang kebahagiaan menyiram sekujur tubuh saya. Sekian tahun lamanya  semuanya terasa begitu indah," cerita Alifa dengan mata berbinar, "tetapi .... kini semuanya seolah menguap entah kemana.  Aku jadi sangsi, apakah cinta sejati itu ada ?" Mata Alifa kini  menerawang, iapun mulai sesenggukan. 
Saat Cinta Mulai Surut Apa Yang Sebaiknya Dilakukan ? 
"Rasa-rasanya saya sudah tidak cinta lagi. Dia  tidak lagi seperti yang saya dambakan. Gairah cinta saya hilang  berganti kebencian. Percuma saja perkawinan ini dipertahankan ..."  
Pembaca budiman, apa yang sebenarnya terjadi? Apa pula penyebabnya ?  Entahlah, sulit dilukiskan. Akan tetapi sebuah penelitian yang  dilakukan terhadap suami istri menunjukkan, komunikasi yang buruk  adalah sebab utama masalah perkawinan. Tentunya ada penyebab-penyebab  lain yang turut mempersurut romantika cinta suami istri. 
Kejelian dalam mengenali gejala-gejala penyebab surutnya cinta akan sangat membantu pencegahan dan terapi atas kerenggangan hubungan suami  istri yang terjadi. Apa saja sebab surutnya cinta ? Bagaimana  mengatasinya ? 
Salah Pandang tentang Perkawinan 
Banyak pasangan menganggap, dalam perkawinan yang baik, sepasang  suami-istri bergabung menjadi satu, segalanya harus sama, dan  masing-masing dianggap pasti tahu isi hati pasangannya, walau tidak  diungkapkan. Ketika ternyata selera, sifat dan karakternya berbeda,  iapun kecewa. 
Contohnya Hermin, yang periang dan suka ngobrol, sementara Herman,  suaminya lebih suka membaca. "Mas, stop bacanya, dengerin aku. Ada  masalah, nih. Kamu memang payah, nggak mau dengerin aku. Coba kalau  yang ngajak ngobrol si Leni yang di kantormu itu, huuuhh, pasti  langsung denger, kan !" Melihat bukunya ditutup paksa sama istri,  Herman langsung berdiri keluar kamar : "Buat apa mendengarkan kamu,  teriak-teriak seperti orang gila." Melihat itu, kemarahan Hermin naik  sampai ubun-ubun. Dan 'tabungan emosi'-nya yang selama ini disimpan  tak pelak langsung meledak. Dar...darr... daarrr !! Luapan  kemarahanpun merembet lalu mengungkit segala masalah yang selama ini disimpan sendiri. 
Jadi ada dua hal yang mestinya direnungi, apakah untuk bisa bahagia  itu semuanya harus sama, padahal taman bunga itu indah justru karena  ragam warna-warninya ? Jadi, perbedaan bukan penyebab masalah, justru  bagaimana menyikapinya, itulah masalah yang harus dipecahkan. Kedua,  hindarilah menabung emosi. Alangkah baiknya jika setiap kali ada  'perasaan' di hati (kecewa, mangkel, tidak setuju, nggak sreg) segera  diungkapkan secara langsung, tenang, dewasa dan konstruktif. Jangan  ditabung. Jangan pula menganggap pasangan pasti tahu walau tidak  diberitahu. Ia Milikku ! 
Mengapa ya, kebanyakan orang cenderung  memperlakukan pasangannya agak semaunya tanpa mempertimbangkan  perasaan, beda sekali dengan perlakuan terhadap teman atau sahabat ?  Kebanyakan kita menganggap jika sudah 'berhasil' menjadikan seseorang  sebagai istri/suami berarti ia sudah menjadi milikku. Selesai ! Nggak  perlu lagi berhati-hati, menghormati apalagi memberikan perhatian  istimewa kepadanya seperti sebelumnya. Ala kadarnya sajalah... 
Kalau sebelumnya, setiap Yanti bicara selalu  halus, mendengar penuh perhatian, jika akan bertemu selalu pakai baju  terbaru dan parfum terbaik, sekarang kala Yanto sang suami datang,  Yanti tetap saja pakai baju dapur bau kompor. Begitupun Yanto, kalau  di awal pernikahan dulu setiap kali pulang selalu bawa hadiah atau  kejutan-kejutan kecil, kini ia pulang berwajah payah baju kusut. Yang  dihadiahkan ke istripun keluh kesah seputar kerja melulu.  Sadarilah bahwa ia bukan 'milikku', ia justru adalah amanah dan  tanggung jawabku di hadapan Allah. Ikatan suami istri adalah ikatan  yang amat kuat, bobotnya disetara-kan dengan ikatan perjanjian antara  Allah dan para Nabi ulul azmi. Dengan demikian 'saya' tidak berhak  menyakiti, menyusahkan, sebaliknya saya harus membimbing,  membahagiakan dan menghormatinya sebagai amanah Allah. 
Seribu Kebaikan Hilang oleh Satu Kesalahan 
Fathonah selama ini selalu  menyambut Fathoni suaminya dengan senyum ramah, melepaskan sepatu,  siapkan mandi, lalu makan minumpun terhidang rapi dan indah. Tak lupa  Fathonah selalu menghiasi rumahnya dengan lantunan lagu-lagu Islami  atau ayat suci penyejuk hati. Segala kepenatan Fathoni, sang  suami-pun berganti sejuk dan teduh di rumah bersama Fathonah.   Namun sore itu, Fathonah lupa mengisi bak mandi. Ia hanya memberikan  handuk dan baju ganti kepada sang suami. Tatkala Fathoni masuk kamar  mandi, ia dapati bak mandi tak berisi. Sudah lelah, dibikin marah,  muntablah Fathoni, ditudinglah Fathonah ini dan itu.
Ribuan kebaikan  Fathonah hilang sudah, berganti marah dan serba salah. Sejak itu,  hubungan menjadi tegang, Setiap komentar dan tindakan selalu bernada  negatif, dikit-dikit emosi lalu bertengkar, sulit melihat sisi  positif, tegang dulu sebelum bicara, semakin lama bahkan semakin  dingin dan mudah tersinggung. Jika ini tak segera dibicarakan  baik-baik, ia akan menjadi bom waktu yang bisa meledakkan bangunan  perkawinan sewaktu-waktu. 
Segalanya Akan Beres Asal Ia Mau Berubah !
Setiap kali mengalami krisis cinta, masing-masing cenderung berpikiran  bahwa "saya adalah saya". Dan betapa bahagianya saya seandainya ia  mau berubah, begitu impian masing-masing. Kata-kata yang sering  diucapkan adalah 'saya' atau 'kamu !'. Jarang mengucapkan 'kita'  apalagi 'kita berdua'. Masing-masing gemar melimpahkan kesalahan pada  pasangannya. Kamu memang selalu.... kamu tak pernah sekalipun....  dasar kamu memang nggak bertanggung jawab.... Yang muncul selalu  emosi dan tuduhan sementara faktanya atau kasusnya dan alasan atau  argumentasinya justru jarang diungkapkan. Akibatnya problemnya malah  nggak dibahas apalagi diselesaikan bersama. 
Padahal kalau 'saya' mau melakukan perubahan kongkrit sedikit saja,  setelah terjadi pertengkaran, niscaya akan membawa sentuhan dan  perubahan besar pada pasangan Anda. Misalnya, setelah hubungan tetap  tegang walau sudah dua hari, Nining berusaha menghidangkan teh dan kue  di pagi dan sore hari untuk suami, sementara Nanang mau meluangkan  waktu untuk bersih-bersih rumah atau menata ulang tata letak perabotan  rumah tangga agar selalu tampak baru. Kalau masih canggung untuk  bertegur sapa, nggak usah dulu nggak apa-apa, yang penting tunjukkan  lewat perbuatan. Insya Allah susana krisis akan segera berganti  romantis.  
Ketika krisis sudah pada tingkat pesimis  bahwa masing-masing sudah patah arang, tak yakin perkawinan bisa  diselamatkan maka ini sudah sangat berbahaya. Jika tidak segera  dibangun saluran komunikasi, makin hari akan makin rumit. Apalagi  jika mulai melirik pihak ketiga, awalnya sekedar sebagai curahan hati,  lama-lama mulai menyimpulkan bahwa Joni temanku lebih bijaksana dari  suamiku, atau si Lena lebih bisa mengerti keinginanku. Syetanpun  bersorak gembira.  
Namun cobalah sedikit merenung, bukankah sebenarnya masing-masing  punya tujuan yang sama ? Ingin rumah tangga bahagia ? Bukankah  pertengkaran itu terjadi karena masing-masing sebenarnya ingin  bahagia, meski menurut persepsi dan kepentingan sendiri-sendiri.  Karena hakekat tujuannya sama, cobalah tenang sejenak.

 Kalau sedang marah jangan terus berdiri, kata Nabi saw, segeralah duduk, syukur segera basahi wajah dengan air wudlu kemudian renungilah  semuanya dengan tenang. Memahami Seutuhnya Laksana gunung, dari jauh  nampak begitu dekat dan indah. Namun begitu didekati dan didaki,  terlihatlah bagian-bagian yang gersang, curam bahkan berbahaya.  
Begitupun Tono dan Tini. Dulu semuanya begitu sempurna dan menawan.  Tercantik dan tertampan di seluruh dunia. Namun lima bulan kemudian,  semuanya begitu jelek, bodoh dan menyebalkan. Serba kalah dibandingkan  teman di kantor atau tetangga sebelah. Setiap orang punya lebih dan kurang. "Jika Anda benci terhadap  sebagiannya, ada bagian lain yang menyenang-kan," begitu kata Nabi  diriwayatkan oleh Muslim. Nabi juga mengajarkan, begitu akad nikah  terjalin, segeralah sang pengantin shalat dua rakaat lalu berdo'a  bersama-sama : "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu akan  kebaikan istri / suamiku dan kebaikan watak serta perangai yang Engkau  berikan padanya dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan  dari kejelekan watak dan perangai yang Engkau berikan padanya." (HR. Bukhari dan Abu Daud). Bukankah Allah swt juga berfirman bahwa suami  istri itu ibarat pakaian dimana satu sama lainnya saling melindungi dan saling memperindah ? 

Cara Praktis Agar Kembali Romantis

Aku Adalah Tamu 
Anda pernah jadi tamu ? Sadarilah di dunia ini Anda  adalah tamu ! Itulah pegangan yang diajarkan Nabi kita. Seorang tamu  akan selalu bertindak sopan, hormat dan tidak menyakitkan. Semua yang  ada di hadapannya bukan miliknya, tapi milik tuan rumah. Tamu tidak  akan sembarangan bertindak ini dan itu. Istri, anak, rumah, mobil,  uang dll semuanya milik 'Tuan Rumah', anda hanyalah tamu. Karenanya  bersikaplah yang sopan, hormat dan menyenangkan kepada istri, dan  semuanya.  Anda bertemu mereka hanya sebentar saja, berilah kesan yang terbaik buat mereka.
Dengan Salam Masuk Surga Bersama 
"Apabila kalian  menemui istri ucapkanlah salam ..." kata Nabi riwayat Tirmidzi. Nabi  juga menjelaskan, dengan mengucapkan salam niscaya kalian akan saling  mencinta. Apalagi jika ditambah dengan menggenggam jemari tangan istri, "maka  dosa-dosapun berguguran dari sela-sela jemari tangannya," begitu kata  Nabi diriwayatkan oleh Maisaroh bin Ali dari Abu Sa'id al-Khudzri ra.  Kelihatannya enteng, tapi setelah bertengkar, bisakah Anda mengucapkan salam dan menjabat tangan suami ? Yang jelas lakukanlah, berpahala, lho ? 
Enak Jadi Aktor 
Lihatlah wajahmu di cermin. Jadilah aktor berwajah marah, lalu benci, mengumpat, atau menangis, berwajah sombong kemudian berwajah riang gembira. Manakah yang paling enak dipandang, wajah marah ataukah riang ? "Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun meski hanya sebuah wajah berseri yang disuguhkan," begitu kata Nabi. Maka dari itu, dalam kondisi seberat apapun berlatihlah jadi bintang film profesional, agar tetap bisa berwajah cerah. Usahakan, ya. 
Mesra Senantiasa 
"Ya, Humaira," begitu Rasul biasa memanggil Aisyah dengan kemesraan, humairo artinya wahai yang berpipi  semu merah. Bahkan di meja makanpun Rasul sering bermesraan. Aisyah  berkata : saya minum dengan gelas Rasulullah, kemudian beliau-pun  minum di tempat mana saya meletakkan mulut tadi." (HR. Muslim).  Para suami, mengapa tidak meniru Nabi ? Lebih dari itu, saat membuat  roti, dua orang istri Nabi yaitu Aisyah dan Saudah bahkan bercanda  saling melumurkan adonan tepung ke wajah, dan Rasul turut serta  bergembira bersamanya (HR. Bukhari).  Bayangkan, Nabi saja bermain adonan tepung. 
Menantu Nabi, Ali ra berkata : "Cairkan  jiwa ini saat demi saat, karena ia berkarat sebagaimana besi." Jadi,  canda ria suami istri begitu penting ditengah kepenatan hidup  sehari-hari. Kalau nggak, bisa-bisa cinta akan berkarat ! 
Trik Sepulang Kerja 
Saling menghadiahilah kalian niscaya terjalin saling cinta, itulah pesan Nabi. Sepulang kerja bawalah hadiah. Tapi  pesan sponsor ini hanya bisa dilakukan jika Anda tahu kegemaran  istri/suami. Maunya kasih hadiah kepiting rebus, eh nggak tahunya  sang istri malah menjerit ketakutan karena memang trauma melihat  kepiting :) 
Akrab Dengan Kerabat 
Tak jarang, pemicu pertengkaran adalah  ketidak baikan hubungan suami dengan mertua, atau sebaliknya.  Karenanya jagalah hubungan baik dengan kerabat. Rasul saja, setiap  menyembelih kambing selalu menyuruh orang untuk mengirimkan dagingnya  ke kerabat-kerabat Khadijah, juga ke sahabat-sahabat Khadijah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar